Lanjut ke konten

Lampu untuk Mengenalkan Bertani Organik

Februari 18, 2011
nutrisi

Meyakinkan tetangga sekitar untuk kembali bertani secara alami tidak mudah. Ini seperti tugas seorang marketing untuk meyakinkan konsumen agar membeli produk barunya. Tapi tak ada salahnya memperkenalkan metode pertanian alami ini ke tetangga sekitar. Sebab setelah hampir empat tahun bertani alami, saya mulai merasakan manfaatnya. Setidaknya untuk diri sendiri dan keluarga besar.

Petani di daerah saya tidak banyak yang mengenyam pendidikan tinggi. Karena itu sulit jika menjelaskan bahwa pertanian organik itu aman bagi lingkungan. Agar petani di sekitar saya “ngeh” bahwa nutrisi tanaman yang dapat dibuat sendiri lebih baik dibanding pupuk urea, saya menggunakan indikator lampu.

Saya mengenal indikator lampu ini dari teman saya sesama petani organik. Jika nutrisi tanaman atau pupuk organik cair atau urin sapi diuji menggunakan indikator tersebut, lampu akan menyala. Sementara larutan urea tidak akan menyala. Berikut ilustrasi sirkuit listriknya. Lampu yang digunakan cukup watt yang kecil.

Ilustrasi sirkuit listrik indikator lampu

Melalui peraga indikator lampu ini, saya dapat menjelaskan bahwa pupuk urea “tidak ada apa-apanya” dibanding nutrisi tanaman buatan sendiri. Meskipun urea mengandung nitrogen yang melimpah untuk tanaman, namun jika digunakan berlebihan ia akan merusak tanah dan akhirnya mengundang hama dan penyakit tanaman.

Jika ditilik dari segi ilmiahnya, lampu pada alat indikator sederhana ini menyala sebab terjadi reaksi elektrokimia pada nutrisi alami. Nutrisi alami yang dibuat sendiri ini bersifat elektrolit. Sementara larutan urea tidak bersifat demikian.

Cairan nutrisi adalah cairan hasil fermentasi dari mikroorganisme tertentu yang berasal dari tanah, tumbuhan atau buah-buahan. Fermentasi adalah proses kimia yang panjang. Proses ini terjadi di dalam sel mikroorganisme. Proses fermentasi ini melibatkan elektron-elektron yang berasal dari senyawa organik itu sendiri. Sehingga proses yang bersifat anaerobik atau tanpa oksigen ini menghasilkan cairan yang bersifat elektrolit.

Sedangkan urea adalah senyawa organik dengan rumus kimia (NH2)2CO. Urea berbentuk padat, tak berwarna, dan tak berbau. Saat dilarutkan dalam air urea sifatnya netral dan tidak mengion. Karena tidak mengion maka urea tak bersifat elektrolit. Sehingga lampu indikator tidak menyala.

Seperti yang telah dijelaskan, indikator lampu sederhana digunakan sebagai alat untuk menjelaskan beda nutrisi alami dengan pupuk urea. Bahwa nutrisi alami banyak mengandung mikroorganisme dan enzim yang baik untuk tanah. Mikroorganisme inilah yang akan menyediakan beragam nutrisi bagi tanaman.

Sementara pupuk urea hanya mengandung nitrogen. Di tanah, urea masih butuh bantuan mikroorganisme tanah untuk memecah molekulnya menjadi amonia dan karbondioksida. Agar dapat diserap oleh tanaman.

Lagipula jika tanah diberikan terlalu banyak urea, tanah akan bersifat asam. Sebab mikroorganisme tanah mengubah urea menjadi molekul nitrat. Melimpahnya molekul nitrat di tanah menyebabkan tanah bersifat asam dan kurang baik bagi pertumbuhan tanaman.

Namun, lagi-lagi, tak mudah meyakinkan petani sekitar untuk mengurangi pemakaian urea dan berpindah ke metode organik. Mereka sudah terbiasa dan merasa bahwa pupuk pabrikan masih lebih baik dibanding membuat sendiri.

Selain itu, secara ekonomi banyak diantara petani yang memiliki pekerjaan atau sambilan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Banyak juga istri-istri mereka memilih menjadi TKW di luar negeri demi memenuhi kebutuhan ekonomi seluruh keluarga. Sebab menurut mereka, hidup dari bertani saja tidak cukup.

Oleh karena itu saya jelaskan pada mereka bahwa dengan membuat sendiri pupuk dan nutrisi untuk tanaman, kita dapat menghemat biaya pengeluaran untuk membeli urea. Dan bahwa beras organik harga belinya diatas beras biasa.

Ditambah lagi, kita dapat menghasilkan beras yang sehat bagi keluarga. Bahkan nutrisi yang dibuat pun dapat dikonsumsi sendiri untuk kesehatan. Dengan catatan, bahan baku yang digunakan masih segar.

Alhamdulillaah… Setelah saya membagi pengetahuan saya dengan para tetangga, sebagian ada yang mulai tertarik membuat nutrisi sendiri. Meski baru satu-dua jenis nutrisi saja. Semoga saja secara bertahap mereka mau beralih ke cara yang lebih alami. Setidaknya agar tanah dan air di desa tidak banyak mengandung polutan dari pestisida dan pupuk kimia.

No comments yet

Tinggalkan komentar